Evakuasi Hewan Mendominasi Layanan Darurat Kota Surabaya
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Surabaya mencatat kinerja yang cukup mencolok sepanjang tahun 2025. Sepanjang periode Januari hingga Desember, total 2.306 insiden kedaruratan non-kebakaran berhasil ditangani oleh petugas. Dari ribuan laporan tersebut, evakuasi hewan menjadi jenis penanganan paling dominan, jauh melampaui kategori kedaruratan lainnya.
Fenomena ini menunjukkan bahwa peran DPKP Surabaya kini tidak lagi terbatas pada pemadaman api semata, tetapi telah berkembang menjadi garda terdepan dalam berbagai persoalan keselamatan masyarakat yang bersifat kompleks dan beragam. Dinamika kota besar seperti Surabaya, dengan kepadatan penduduk tinggi dan perubahan lingkungan yang cepat, turut memengaruhi pola laporan kedaruratan yang masuk ke layanan pemadam kebakaran.
Data Penanganan Insiden Sepanjang 2025
Kepala DPKP Kota Surabaya, Laksita Rini Sevriani, merinci bahwa dari total 2.306 insiden darurat non-kebakaran, sebanyak 1.424 kasus merupakan evakuasi hewan. Angka ini menempatkan evakuasi hewan sebagai laporan terbanyak yang ditangani sepanjang tahun.
Selain itu, DPKP juga menangani evakuasi manusia sebanyak 358 kasus, penanganan objek alam seperti pohon tumbang sebanyak 231 kasus, evakuasi objek lainnya 163 kasus, evakuasi kendaraan 137 kasus, serta penanganan bangunan sebanyak tiga kasus. Data ini mencerminkan luasnya spektrum pelayanan yang kini dijalankan oleh DPKP Surabaya.
Menurut Rini, tingginya laporan evakuasi hewan menjadi indikator penting bagi pemerintah kota dalam memahami perubahan lingkungan perkotaan serta potensi risiko keselamatan yang dihadapi masyarakat sehari-hari.
Faktor Cuaca dan Lingkungan Jadi Pemicu
Lonjakan laporan evakuasi hewan mulai terlihat signifikan pada November 2025. Peningkatan ini erat kaitannya dengan kondisi cuaca ekstrem dan curah hujan tinggi yang melanda wilayah Surabaya dan sekitarnya. Hujan deras yang berlangsung dalam durasi panjang menyebabkan genangan air di sejumlah kawasan, memaksa hewan liar keluar dari habitat alaminya.
Ular, biawak, tawon, hingga sarang lebah kerap ditemukan masuk ke pemukiman warga, saluran air, maupun bangunan rumah. Situasi ini tentu menimbulkan kekhawatiran, terutama bagi keluarga dengan anak kecil dan lansia.
“Air yang naik memaksa hewan ke permukaan dan mendekati area pemukiman. Tim kami segera merespons setiap laporan untuk memastikan keamanan warga,” ujar Rini menjelaskan.
Selain faktor cuaca, urbanisasi dan berkurangnya ruang hijau juga turut berkontribusi terhadap meningkatnya interaksi antara manusia dan satwa liar di wilayah perkotaan.
Peran Damkar yang Semakin Humanis
Menariknya, layanan DPKP Surabaya kini berkembang jauh melampaui fungsi teknis penyelamatan darurat. Dalam praktik di lapangan, petugas sering kali dihadapkan pada situasi-situasi yang membutuhkan pendekatan humanis dan empati tinggi.
Petugas tidak jarang membantu warga dalam kondisi non-darurat ekstrem, seperti membantu ibu hamil yang mengidam, mengevakuasi hewan peliharaan kesayangan, hingga membantu warga berkebutuhan khusus. Meski terdengar sederhana, layanan-layanan tersebut mencerminkan kehadiran negara di tengah masyarakat dalam bentuk yang paling nyata.
Pendekatan ini turut memperkuat kepercayaan publik terhadap DPKP Surabaya sebagai institusi yang responsif, profesional, dan peduli terhadap keselamatan serta kenyamanan warga.
Tantangan dan Kesiapan Petugas di Lapangan
Dominasi evakuasi hewan tentu menghadirkan tantangan tersendiri bagi petugas. Setiap jenis hewan membutuhkan teknik penanganan berbeda, mulai dari penggunaan alat khusus hingga keterampilan tertentu agar proses evakuasi berlangsung aman, baik bagi petugas maupun hewan itu sendiri.
DPKP Surabaya secara berkala memberikan pelatihan kepada personel terkait penanganan satwa liar dan hewan berbahaya. Selain itu, koordinasi dengan instansi lain, seperti dinas terkait dan komunitas pecinta satwa, juga terus diperkuat.
Kesiapan peralatan dan kecepatan respons menjadi faktor kunci dalam menjaga kualitas layanan. Dengan tingginya volume laporan, manajemen waktu dan distribusi personel menjadi aspek yang terus dievaluasi agar seluruh laporan dapat ditangani secara optimal.
Edukasi Masyarakat Jadi Kunci Pencegahan
DPKP Surabaya menilai bahwa edukasi masyarakat memiliki peran penting dalam menekan potensi risiko akibat keberadaan hewan liar di pemukiman. Warga diimbau untuk tidak panik, tidak melakukan tindakan berbahaya, serta segera melaporkan kejadian kepada petugas resmi.
Kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan, menutup akses masuk hewan, dan melaporkan kondisi berpotensi berbahaya sejak dini dapat membantu mengurangi insiden serupa di masa mendatang.
Melalui kolaborasi antara pemerintah, petugas lapangan, dan masyarakat, diharapkan penanganan kedaruratan non-kebakaran di Surabaya dapat berjalan semakin efektif dan berkelanjutan.
Cerminan Dinamika Kota Besar
Tingginya angka evakuasi hewan sepanjang 2025 menjadi cerminan dinamika kota besar seperti Surabaya. Perubahan iklim, pertumbuhan wilayah urban, serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan keselamatan membuat peran DPKP semakin strategis.
Dengan total 2.306 insiden yang berhasil ditangani, DPKP Surabaya menunjukkan komitmen kuat dalam memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat. Ke depan, penguatan kapasitas, peningkatan edukasi publik, dan adaptasi terhadap tantangan lingkungan akan menjadi kunci dalam menjaga keamanan dan kenyamanan warga kota.
Baca Juga : DKP3 Depok Dorong Pendataan Hewan Terpadu Lewat Satu Peta Anabul
Jangan Lewatkan Info Penting Dari : liburanyuk

